Jangan bingung,nich solusinya.....

TIMSES AGUS-SYILVY PATUT DIPERTANYAKAN


Dua hari yang lalu, ada pernyatan yang sangat telak meninju muka timses Agus. Pernyataan tersebut muncul dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono.
“Dia itu timses pasangan calon nomor urut satu,” katanya.
Dia yang dimaksud di sini adalah Zamran, tersangka kasus makar dan pelanggar UU ITE yang diciduk jelang aksi 212 lalu, bersamaan dengan Dhani, Ratna Surampaet dan kelompoknya.
Dengan diciduknya Zamran, maka ini menjadi tambahan orang dalam list timses Agus yang bermasalah. Sebelumnya, diketahui Salahudin Alam yang merupakan timses Agus juga ditangkap oleh Intel. Belakangan baru diketahui bahwa Salahudin Alam ternyata merupakan narapidana yang divonis 6 tahun penjara serta denda 1.6 milyar, namun kemudian melarikan diri. Salahudin divonis bersalah karena kasus korupsi penyaluran kredit usaha tani senilai 4.8 milyar pada 14 kecamatan di Maros tahun 2002.
Selain Zamran tersangka kasus makar dan Salahudin buronan selama 12 tahun, masih ditambah lagi dengan Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriosa, pimred Obor Rakyat. Anda tau Obor Rakyat kan? Majalah hoax 2014 yang berhasil menghasilkan aneka fitnah terhadap Jokowi. Mulai dari tuduhan keluarga PKI sampai keturunan China. Setiyardi Budiono sebelumnya diketahui meeting dengan SBY di Cikeas dalam rangka membicarakan Pilkada DKI. Tak heran kalau Hinca Panjaitan yang merupakan pengurus Demokrat harus turun tangan langsung menjadi penasihat hukum pimred Obor Rakyat.
Dengan kenyataan dan fakta ini, dapat kita simpulkan bahwa kelompok timses Agus memiliki begitu banyak masalah. Timsesnya adalah tersangka kasus makar yang mau melengserkan Jokowi, ditambah narapidana yang selama ini jadi buron, masih ditambah lagi tukang fitnah legendaris dari Obor Rakyat. Luar biasa.
Namun yang lebih mencengangkan, sebab ada kemungkinan melibatkan suami Sylviana, Cawagub Agus. Sebab diketahui Gde Sardjana memberikan uang kepada Zamran sebelum aksi 212. Sekalipun Gde Sardjana membantah memberikan uang tersebut dalam rangka mendukung aksi demo dan makar, namun bantahannya agak sulit diterima akal masyarakat biasa seperti kita-kita.
Bayangkan, alasan Gde Sardjana memberikan uang 10 juta untuk Zamran hanyalah untuk membantu istrinya yang sedang dioperasi.
“Loh memang, dia telpon istrinya dioperasi, jadi perkenalan kawan saja. Ketika istrinya dioperasi minta tolong dibantu ya. Saya bantu sekedarnya saja,” kata Gde Sardjana. Luar biasa kan? Bantu sekedarnya sampai 10 juta. Padahal kalau kita pinjam ke bank, prosesnya lama, harus ada jaminan dan itupun masih belum tentu diterima. Tapi dengan Gde Sardjana, 10 juta cuma-cuma, sekedarnya saja, sebagai perkenalan.
Tapi anggaplah Gde Sardjana tidak terlibat makar, tidak membiayai demo-demo, namun tak ada yang bisa membantah bahwa hubungan Gde Sardjana dan Zamran pasti sangat dekat, sehingga mau memberikan uang 10 juta secara cuma-cuma. Hal ini dapat dikonfirmasi dari pernyataan Gde Sardjana sendiri, bahwa dirinya mengenal Zamran karena sama-sama sebagai pengurus di KONI. Belakangan, setelah diintrogasi, ternyata Gde Sardjana mengirimkan uang berkali-kali ke Zamran. Dan diakui bahwa salah satunya adalah untuk biaya kampanye.
Jadi kalau nantinya Gde Sardjana terbukti mendukung aksi makar dan mendanai demo 411 atau 212, maka kita tak perlu kaget lagi mengapa Sylviana yang bukan siapa-siapa dan bukan kader partai manapun bisa menjadi Cawagub Agus yang anak mantan Presiden RI.
Kalau sudah seperti ini, jadi seperti lingkaran setan. Saling terhubung. Suka tidak suka ini menjadi cerminan bagaimana kelompok timses Agus dan SBY pada umumnya. Sebab Agus pasti mendapat dukungan dari SBY. Sementara SBY tentu tak akan berdiam diri untuk memenangkan calon Gubernur dari Demokrat, apalagi itu merupakan anak kandungnya sendiri. SBY akan bertindak sebagai ketum Demokrat sekaligus bapaknya Agus.
Dan untuk mendukung Agus, tentu saja SBY harus menggunakan orang-orangnya yang berkompeten untuk memenangkan Agus. Sayangnya, dari hari ke hari semakin terbongkar siapa saja para pendukung Agus. Tersangka makar, tukang hoax dan narapidana yang sedang buron.
Tapi sekarang rakyat Indonesia jadi lumayan paham kenapa dalam pemerintahan SBY ada banyak keanehan. Mulai dari pembunuhan Nasrudin yang dituduhkan pada Antasari, sampai hilangnya dokumen penting soal pembunuhan Munir. Aneh semua. Ya gimana, wong orang-orangnya banyak yang bermasalah.
Jika nantinya Agus jadi Gubernur (semoga tidak) maka jalannya pemerintahan sepertinya akan jadi terlalu mudah ditebak. Proyek mangkrak, kasus aneh dan hal-hal lucu lainnya.
Selain itu, saya pikir para timses dan rakyat Jakarta harus berhati-hati serta mendetail. Kita tidak bisa hanya fokus untuk memenangkan calon masing-masing, semuanya harus waspada pada kecurangan dalam Pilgub nanti. Kita harus sama-sama menjaga agar proses demokrasi di negeri kita berjalan dengan baik.
Terakhir, saya memang hanya bisa menceritakan yang sudah jelas beritanya. Namun di luar itu, ada banyak cerita dan keanehan yang terjadi belakangan ini, yang kalau diperhatikan memiliki pola yang mirip seperti Pilpres 2009. Saya yakin para timses sudah paham dengan kode ini.
Previous
Next Post »

-